ASESMEN DAN INTERVENSI PADA ANAK DENGAN PHYSICAL IMPAIRMENT CEREBRAL PALSY

Raiza Aulia* -  Magister Sains Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia

Penyandang cacat merupakan orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu, yang mana hal ini merupakan rintangan dan hambatan bagi penderita untuk melakukan selayaknya orang normal, beberapa hal tersebut terdiri dari: a) penyandang cacat fisik, b) penyandang cacat mental, c) penyandang cacat fisik dan mental. Salah satu bagian dari itu adalah Cerebral palsy yang berarti kelumpuhan atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap gerakan, beberapa anggota badan cenderung lemah dalam menggerak-gerakkan badannya. Adapun Penelitian ini merupakan asesmen dan intervensi dari salah satu siswa sekolah dasar dengan cerebral palsy. Metode yang digunakan adalah modelling dan terapi okupasi.  Setelah dilakukan intervensi, diharapkan permasalahan yang dialami subjek dapat berkurang atau bahkan dapat meningkatkan kemampuan positif subjek yang lain. Sejauh ini, intervensi yang telah diterima subjek dari keluarga adalah terapi wicara, okupasi, dan fisioterapi. Rancangan intervensi yang telah disusun, subjek diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa dan berinteraksi dengan orang lain.

Kata Kunci : Cerebral Palsy, Inklusi, Physical Impairment

 

Abstract

Persons with disabilities are people who have physical and/or mental disabilities that can interfere or constitute an obstacle and obstacle for him/her to do properly, which consists of: a) physically disabled, b) mentally disabled, c) physically and mentally disabled people, one of which is Cerebral palsy which also means paralysis or lack of muscle control in every movement. The meaning of the lack of muscle control is that some limbs tend to be weak in moving their bodies. This research is an assessment and intervention by an elementary school student with cerebral palsy. The author uses modeling and occupational therapy methods. After the intervention is carried out, it is hoped that the problems experienced by the subject can be reduced or can even increase the positive abilities of other subjects. So far, the interventions that the subject has received from the family are speech therapy, occupational therapy, and physiotherapy. The intervention design that has been prepared, the subject is expected to improve language skills and interact with other people.

Keywords : Cerebral Palsy; Inklusi; Physical Impairment

  1. Badan Pusat Statistik. (2012). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
  2. Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
  3. Depdiknas. (2009). Permendiknas No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
  4. Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
  5. Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
  6. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi. Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional.
  7. Geletar, U. (2016). Dinamika Psikologis Laki-Laki Katolik yang Melangsungkan Perkawinan dengan Tata Cara Agama Islam. Undergraduate thesis. Surabaya: Widya Mandala Catholic University Surabaya.
  8. Isnaini, O.N., & Hastuti, W.D. (2014). Pelaksanaan Okupasi dan Implikasi dalam Pembelajaran pada Anak Cerebral Palsy Jenis Spastic di SDLB Negeri Patrang Jember. Jurnal Ortopedagogia, 1(2), 146-152.
  9. Karima, R., & Handadari, W. (2016). Modelling Sebagai Teknik Melatih Komunikasi Interpersonal pada Anak Cerebral Palsy Klasifikasi Spastic Quadriplegia dan Hipotonia. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
  10. Martin, G., & Pear, J. (1992). Behavior Modification: What It Is and How To Do It (4th Ed.). USA: Prentice-Hall International.
  11. Preedy, V.R., & Watson, R.R. (2010). HandbookoOf Disease Burdens and Quality of Life Measures. Springer, New York, pp. 2925-2937.
  12. Punwar, A.J. (1988). Occupational Therapy: Principles and Practice. Baltimore : Williams and Wilkins.
  13. Saputri, N. (2015). Hubungan Cerebral Palsy dengan Tingkat Kooperatif Anak dalam Perawatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
  14. Winarsih, S., Jamal’s, H., Asiah, A., Idris, F.H., Adnan, E., Prasojo, B., Tan, I., Masyhuri, A.A., Syafrizal., Madjid, S., Hasnul, N., Riyanto, A., Bunawan, L., Rukiyah, C., & Sembada, I.K. (2013). Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga, & Masyarakat). Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Open Access Copyright (c) 2022 Jurnal Kajian Gender dan Anak
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Flag Counter